Senin, 11 Mei 2009

THE POLAR EXPREZ



BLIMBING – Natal sudah dekat. Hollywood mulai merayakannya dengan film bernuansa Natal yang kental. Robert Zemeckis dan Tom Hanks pun tak ingin ketinggalan pesta. Mereka kembali bergabung setelah Forrest Gump (1994) dan membuat The Polar Express.

The Polar Express.Cerita karangan Chris Van Allsburg ini telah menjadi teman pengantar tidur untuk anak-anak, terutama saat Natal menjelang. Kisahnya dimulai dari seorang anak laki-laki yang tidak bisa tidur di malam Natal, menanti sebuah keajaiban. Ia sesungguhnya tidak pernah percaya kehadiran Santa Claus. Itu sebabnya ia ingin melihat apa yang terjadi di malam Natal, saat seluruh anak tidur.
Keajaiban yang ditunggunya pun datang juga. Sebuah kereta tiba-tiba berhenti di depan rumahnya lima menit sebelum tengah malam. Anak laki-laki itu berlari keluar hanya dengan mengenakan piyama, baju hangat dan sandal. Ia bertemu kondektur kereta api yang tampaknya memang sengaja menjemputnya untuk membawanya ke Kutub Utara, tempat Santa berdiam. Awalnya, anak laki-laki itu ragu-ragu. Namun, begitu kereta api yang disebut Polar Express itu jalan, anak laki-laki itu naik juga. Herannya, tanpa membeli, tiket kereta ternyata sudah ada di kantungnya.
Di dalam gerbong, ternyata ada sejumlah anak yang seperti dirinya, cuma mengenakan baju tidur. Salah satu dari mereka adalah anak perempuan, memiliki hati yang baik dan selalu menolong orang lain. Namun, semua itu tidak membuat anak laki-laki itu diam. Ia masih punya segudang pertanyaan yang didasari atas ketidakpercayaannya terhadap Santa.
Hingga satu kali, tiket anak perempuan itu hilang gara-gara sang anak laki-laki. Karena tidak memiliki tiket, anak perempuan ini pun mesti meninggalkan gerbong kereta. Anak laki-laki itu merasa bertanggung jawab dan berusaha menemukan kembali tiket tersebut. Ia berhasil. Namun, anak perempuan itu keburu dibawa pergi.
Saat mengejar kondektur dan anak perempuan, anak laki-laki itu mengalami petualangan yang membuatnya kian percaya akan keajaiban Santa. Keyakinan ini kian tebal tatkala mereka tiba di Kutub Utara dan bertemu langsung dengan Santa Claus.

Grafis Komputer
Sebagai sebuah buku, The Polar Express memang memancing imajinasi yang tak terbatas bagi pembaca atau pendengarnya. Dengan kalimat-kalimatnya, Chris Van Allsburg menuturkan imajinasinya tentang pemandangan-pemandangan yang penuh keajaiban dan petualangan yang hebat.
Mewujudkan imajinasi semacam itu ke layar lebar tentu bukan perkara mudah. Pasalnya, setiap orang punya khayalannya sendiri-sendiri. Jika tak sesuai, film ini malah akan merusak imajinasi tersebut. Sebagai sutradara yang pernah meraih Oscar lewat film Forest Gump, Zemeckis tentu tak ingin melakukan kesalahan itu. Pilihannya untuk membuat film animasi grafis komputer lebih membebaskannya bereksplorasi dengan imajinasi.
Dengan teknologi tingkat tinggi, The Polar Express memiliki gambar-gambar tiga dimensi yang mendekati kesempurnaan. Tidak seperti film animasi biasa, film ini memiliki sudut pandang 360 derajat. Ekspresi wajah dan gerakan para tokohnya seperti nyata karena memang gambar-gambar itu diambil sesuai dengan ekspresi dan gerakan para aktor yang mengisi suaranya.
Satu adegan yang sangat indah adalah saat beberapa pelayan menyajikan secangkir coklat panas kepada para penumpang muda dalam perjalanan ke Kutub Utara. Mereka menari, melompat, bernyanyi, sambil menyajikan cangkir-cangkir yang penuh coklat hangat. Untuk menciptakan adegan ini, sekelompok penari dilatih oleh koreografer Broadway unggulan Tony Award, John Carrafa sebelum direkam kamera. Percaya atau tidak, tidak setetes coklat hangat pun yang tumpah.
Jika film animasi lainnya memajang nama-nama aktor beken sebagai pengisi suara, The Polar Express bukanlah film animasi yang mengandalkan kebintangan pengisi suaranya. Memang ada nama Tom Hanks di sana. Tapi peran Hanks boleh dibilang mirip dalang. Ia harus memerankan lima tokoh utama sekaligus, yaitu anak laki-laki, ayah anak laki-laki, pria misterius, kondektur, dan Santa Claus. Hanks memang mesti kerja keras karena tak jarang tokoh-tokoh ini saling bertemu dalam satu adegan. Toh, dengan tingkatan akting yang dimilikinya, peraih dua Oscar ini mampu menunaikan tugasnya dengan baik.
Seperti film-film untuk anak-anak lainnya, The Polar Express pun memberikan pesan moral bahwa persahabatan adalah lebih penting dari hadiah apa pun di dunia ini. Lewat ceritanya ini, Allsburg juga menggugat orang-orang yang sudah tidak memiliki semangat Natal lagi, terutama untuk orang-orang yang telah beranjak dewasa.
Di tengah sulitnya mencari film bagus untuk anak-anak Anda, The Polar Express bisa menjadi pilihan yang menyenangkan. (PT.THE FAST)