Rabu, 13 Mei 2009

CHARLIE`S ANGELS

Kesuksesan serial Charlie`s Angels pada era `70 an menggelitik naluri McG untuk kembali mengemasnya ke dalam layar lebar. Alex, Dylan dan Natalie adalah tiga wanita muda, cantik, seksi sekaligus jago bela diri. Trio ini `bekerja' pada seorang pria misterius bernama Charlie, nggak heran kemudian mereka dijuluki Charlie`s Angels. Berasal dari latar belakang yang berbeda membuat mereka makin melengkapi satu sama lainnya, terutama dalam keaadan genting. Dylan ,bad girl ini sangat cerdik dalam urusan mengecoh lawannya. Natalie yang piawai melarikan mobil dalam kecepatan tinggipun ini ternyata juga memiliki keahlian senam. Alex jenius dalam urusan tehnik mesin maupun komputer (tapi sangat buruk untuk urusan memasak). Dalam tugasnya Charlie`s Angels dibantu oleh Bosley, walau sebenarnya tak seratus persen, karena sebaliknya Charlie`s Angels-lah yang sering membantunya. Fokus cerita bermula saat Charlie menugaskan para bidadarinya untuk menyelamatkan Eric Knox,seorang ilmuwan muda yang diculik. Melalui banyak tahapan untuk menemukan tempat ditahannya Knox. Charlie`s Angels harus banyak melakukan trik mulai dari menyamar sebagai geisha, pelayan hingga penari perut. Belum lagi mendeteksi lensa mata, mengkloning sidik jari untuk dapat masuk ke dalam sistem yang sangat canggih keamanannya.<>

ZHATURA

Zathura adalah judul sebuah film yang menceritakan tentang petualangan dua bocah kecil yang terperangkap dalam sebuah permainan bernama Zathura. Permainan ini membawa mereka harus terbang ke luar angkasa dan menghadapi berbagai makhluk-makhluk aneh. Jika mereka ingin kembali ke bumi dengan selamat, mereka harus terus bermain dan menang. Zathura memang sebuah film yang cukup unik, tapi kali ini aku tidak akan membahas tentang film tersebut, melainkan pesan moral yang terkandung dalam film tersebut.

Ketika suatu malam aku sampai dirumah, kulihat adikku sedang duduk menonton tv yang sedang menayangkan film Zathura. Saat masuk rumah aku langsung duduk disampingnya untuk ikut menonton film tersebut. Begitu menyadari aku ada disampingnya adikku langsung saja berkata ‘ini ceritanya kya gue sama lo banget’.

‘Hah’. Aku kaget dan tak mengerti karena aku tidak tau jalan cerita film itu. Selanjutnya aku bertanya maksud dari pertanyaannya. Rasa sedih dan menyesal langsung menyelimutiku saat adikku mulai menceritakan film itu dari awal, dan secara singkat akan kuceritakan.

Sejak kecil aku selalu dapat perhatian lebih dari keluargaku. Kakakku ternyata begitu senang saat aku terlahir di dunia. Dia sayang sekali padaku seperti layaknya orang tuaku. Dia lakukan banyak hal untuk menyenangkanku termasuk memarahi orang-orang yang mencoba untuk menciumku. Dengan kasih sayang mereka yang begitu berlimpah aku sangat tidak ingin kehilangan sedikitpundari rasa itu, mungkin itu pula yang menyebabkan sampai sekarang aku kurang suka dengan yang namanya anak kecil. Aku selalu tak suka dengan apapun yang merebut perhatian keluargaku. Dan sejak kecil pula aku tidak mengenal yang namanya saingan. Keluargaku begitu menomorsatukan aku, begitu menuruti semua keinginanku.dan begitu memanjakan aku.

Hingga suatu hari adikku lahir. Awalnya kupikir akan sangat menyenangkan karena aku punya mainan baru. Tapi ternyata aku salah. Adikku bukan mainan dan dia butuh kasih sayang dan perhatian dari orang tuaku. Hari demi hari dia semakin cengeng, semakin butuh perhatian. Dia mengambil semuanya. Dia mengambil tahtaku sebagai anak bungsu, dia mengambil sayang dan cinta mereka. Dia begitu menyebalkan. Dia saianganku.

Tumbuh semakin besar dia semakin menyebalkan. Aku sering memarahinya karena dia nggak bisa apa-apa dan aku harus menolongnya. Dia belum bisa apa-apa dan aku harus mengajarinya. Dia belum bisa apa-apa dan aku harus menjaganya. Karena ketidaktahuannya, karena ketidakbisaannya, dank arena dia adikku aku jadi sering memarahinya. Dia sering menangis. Aku jahat. Dia kupaksa diam agar tak ada orang yang dengar. Dia kupaksa diam agar aku tak dimarahi. Dan aku pernah berharap dia tak terlahir di dunia ini. Seperti apa yang sempat dipikirkan oleh Walter dalam film Zathura. Walter sempat berpikir andai saja adiknya Danny tidak lahir ke dunia ini.

Tuhan, kalau saja waktu bisa diputar kembali aku berjanji akan lebih baik. Aku sungguh menyesal. Aku sadar bahwa aku telah menyakiti gadis kecil yang tak berdosa. Gadis kecil yang sungguh kusayang sekarang. Gadis kecil yang sekarang selalu kubela. Gadis kecil yang adikku satu-satunya. Gadis kecil yang sekarang sudah remaja. Gadis kecil yang suka pinjam barang-barangku. Gadis kecil bernama Anisa.

‘Walau bagaimanapun aku tetap kakakmu dan aku akan berusaha untuk melindungimu’

EPIC MOVIE





blimbing – Bagaimana kalau Superman tiba-tiba tidak bisa terbang? Lucy, tokoh dalam Narnia adalah seorang yang pintar tiba-tiba menjadi bodoh? Atau seorang mutan ternyata hanya mampu mengeluarkan sayap ayam kecil di punggungnya?
Para jagoan yang ternyata hanya mencoba berparodi itu dapat ditemukan di sebuah film garapan Jason Friedberg dan Aaron Seltzer (yang juga selaku penulis naskah dan produser eksekutif) berjudul Epic Movie. Friedberg dan Seltzer adalah dua dari enam penulis naskah Scary Movie. Mereka juga membuat Date Movie, parodi film-film romantis. Jejak kedua film itu masih sangat terasa di sini. Formula yang ditampilkan di Scary Movie atau Date Movie kembali muncul di film ini. Banyak adegan yang seharusnya mengagumkan menjadi garing, eksploitasi seksual yang dibuat menjadi kocak, adegan serius yang dibuat bergaya kartun, atau para tokoh hebat yang tiba-tiba menjadi seorang pecundang.
Friedberg dan Seltzer memperkuat jati diri bahwa mereka adalah para penggarap film-film parodi. Ketika menggarap Date Movie, dua sutradara yang bersahabat sejak di bangku kuliah ini tertarik membuat film sejenis lainnya dengan produser yang sama.
“Kami sangat gembira membuat film itu, kami tidak ingin berhenti, jadi kami datang kembali dengan film lainnya,” kata Paul Sciff, produser film ini yang juga memproduseri Date Movie.
Jatuh cinta pada proses kerjanya, mereka pun menggunakan banyak pemain Date Movie, di antaranya Jennifer Coolidge, Adam Campbell, Tony Cox, dan Fred Willard.

“Garing”
Penonton akan diperkenalkan pada empat anak yatim piatu yang akan menjadi tokoh utama di film ini. Sebuah adegan di Museum Louvre Prancis dibuka oleh Lucy (Jayma Mays), putri seorang kurator yang tidak sukses. Adegan itu mengingatkan penonton pada salah satu adegan di The Da Vinci Code, ketika Sophie Neveu menemukan kakeknya, Jacques Sauniere, terbunuh di hadapan salah satu lukisan Leonardo Da Vinci di museum yang sama. Bukannya petunjuk yang didapatkan Lucy, malah sebuah tiket emas untuk sebuah petualangan kepahlawanan.
Anak yatim kedua adalah Edward (Kal Penn) yang meninggalkan rumah anak yatimnya setelah salah seorang pengawas memberinya makanan kucing mati. Ini diambil dari adegan film Nacho Libre yang sebenarnya bisa dikategorikan film kepahlawanan pula. Ada pula Peter (Adam Campbell), seorang siswa di Akademi Mutant yang hanya mampu mengeluarkan sayap ayam di punggungnya. Di adegan ini, dimunculkan pula tokoh-tokoh terkenal di film X-Men, seperti Wolverine, Mystique, Rogue, Storm, Cyclops, dan Magneto yang tampil kocak dengan sebuah magnet besar di kepalanya.
Anak yatim terakhir, Susan (Faune A Chambers), diperkenalkan melalui sebuah adegan Snakes on A Plane. Dengan sebuah tiket emas seperti yang diperoleh Lucy, mereka bertemu di pabrik cokelat Willy Wonka, cerita yang diambil dari Charlie and The Chocolate Factory. Willy Wonka tentu saja tidak diperankan Johnny Depp, ada Crispin Glover yang didandani lebih menyerupai Michael Jackson ketimbang sang tokoh Wonka di film aslinya.
Dari adegan ini, penonton diajak menertawakan para tokoh di The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch, and the Wardrobe. Di film ini, nama negeri Narnia diubah menjadi Gnarnia demi menghormati hak paten nama-nama di film ini. Dan film itulah yang menjadi benang merah seluruh film ini.
Friedman dan Seltzer mencoba melucu ketika Lucy yang menemukan sebuah lemari pakaian membukanya dengan sangat hati-hati, dan tiba-tiba segudang barang rongsokan menimpanya. Percobaan membuat parodi yang akhirnya terkesan garing ini muncul pula pada banyak adegan lainnya, bisa jadi ke-garing-an ini muncul karena formula yang sudah terlalu dikenal penonton seperti di Scary Movie dan Date Movie.
Mereka juga membuat parodi dari nama-nama tokohnya. The White Witch, sang ratu jahat penguasa Narnia diganti menjadi The White Bitch (Jennifer Coolidge), Aslan yang menjadi Aslo (Fred Willard), atau Captain Jack Sparrow menjadi Jack Swallows (Darrell Hammond).
Bintang Saturday Night Live (SNL) memarodikan tokoh yang dimainkan Johnny Depp itu dengan baik. Dia membuat kebiasaan Jack Sparrow menjadi sesuatu yang kocak, seperti tangannya yang selalu bergerak ketika berbicara atau gaya keperempuan-keperempuanannya yang dibuat berlebihan. Sayang, ia hanya diberi sedikit porsi. Seperti kebanyakan tokoh lainnya, ia muncul hanya sebagai penghias di adegan Gnarnia.
Selain Jack Swallows, dimunculkan pula tokoh Superman yang dikisahkan terjatuh karena tidak bisa terbang, Borat dari film Borat. Sedikit adegan Kumar (yang juga dimainkan oleh Kal Penn) di Harold and Kumar Go to White Castle, serta sedikit percakapan dari American Pie 3: The Wedding, “Whoa…Stifler’s mom,” yang dilontarkan Edward ketika melihat Jennifer Coolidge (yang memang berperan sebagai ibu Stifler di film itu) menjadi The White Bitch.n