Rabu, 13 Mei 2009

ZHATURA

Zathura adalah judul sebuah film yang menceritakan tentang petualangan dua bocah kecil yang terperangkap dalam sebuah permainan bernama Zathura. Permainan ini membawa mereka harus terbang ke luar angkasa dan menghadapi berbagai makhluk-makhluk aneh. Jika mereka ingin kembali ke bumi dengan selamat, mereka harus terus bermain dan menang. Zathura memang sebuah film yang cukup unik, tapi kali ini aku tidak akan membahas tentang film tersebut, melainkan pesan moral yang terkandung dalam film tersebut.

Ketika suatu malam aku sampai dirumah, kulihat adikku sedang duduk menonton tv yang sedang menayangkan film Zathura. Saat masuk rumah aku langsung duduk disampingnya untuk ikut menonton film tersebut. Begitu menyadari aku ada disampingnya adikku langsung saja berkata ‘ini ceritanya kya gue sama lo banget’.

‘Hah’. Aku kaget dan tak mengerti karena aku tidak tau jalan cerita film itu. Selanjutnya aku bertanya maksud dari pertanyaannya. Rasa sedih dan menyesal langsung menyelimutiku saat adikku mulai menceritakan film itu dari awal, dan secara singkat akan kuceritakan.

Sejak kecil aku selalu dapat perhatian lebih dari keluargaku. Kakakku ternyata begitu senang saat aku terlahir di dunia. Dia sayang sekali padaku seperti layaknya orang tuaku. Dia lakukan banyak hal untuk menyenangkanku termasuk memarahi orang-orang yang mencoba untuk menciumku. Dengan kasih sayang mereka yang begitu berlimpah aku sangat tidak ingin kehilangan sedikitpundari rasa itu, mungkin itu pula yang menyebabkan sampai sekarang aku kurang suka dengan yang namanya anak kecil. Aku selalu tak suka dengan apapun yang merebut perhatian keluargaku. Dan sejak kecil pula aku tidak mengenal yang namanya saingan. Keluargaku begitu menomorsatukan aku, begitu menuruti semua keinginanku.dan begitu memanjakan aku.

Hingga suatu hari adikku lahir. Awalnya kupikir akan sangat menyenangkan karena aku punya mainan baru. Tapi ternyata aku salah. Adikku bukan mainan dan dia butuh kasih sayang dan perhatian dari orang tuaku. Hari demi hari dia semakin cengeng, semakin butuh perhatian. Dia mengambil semuanya. Dia mengambil tahtaku sebagai anak bungsu, dia mengambil sayang dan cinta mereka. Dia begitu menyebalkan. Dia saianganku.

Tumbuh semakin besar dia semakin menyebalkan. Aku sering memarahinya karena dia nggak bisa apa-apa dan aku harus menolongnya. Dia belum bisa apa-apa dan aku harus mengajarinya. Dia belum bisa apa-apa dan aku harus menjaganya. Karena ketidaktahuannya, karena ketidakbisaannya, dank arena dia adikku aku jadi sering memarahinya. Dia sering menangis. Aku jahat. Dia kupaksa diam agar tak ada orang yang dengar. Dia kupaksa diam agar aku tak dimarahi. Dan aku pernah berharap dia tak terlahir di dunia ini. Seperti apa yang sempat dipikirkan oleh Walter dalam film Zathura. Walter sempat berpikir andai saja adiknya Danny tidak lahir ke dunia ini.

Tuhan, kalau saja waktu bisa diputar kembali aku berjanji akan lebih baik. Aku sungguh menyesal. Aku sadar bahwa aku telah menyakiti gadis kecil yang tak berdosa. Gadis kecil yang sungguh kusayang sekarang. Gadis kecil yang sekarang selalu kubela. Gadis kecil yang adikku satu-satunya. Gadis kecil yang sekarang sudah remaja. Gadis kecil yang suka pinjam barang-barangku. Gadis kecil bernama Anisa.

‘Walau bagaimanapun aku tetap kakakmu dan aku akan berusaha untuk melindungimu’

0 komentar:

Posting Komentar